Hari Patriotik 23 Januari 1942 dan Komitmen Kemanusiaan Kita  

Oleh :
Forry Amrin Naway

Peringatan Hari Patriotik 23 Januari 1942 tahun 2021 kali ini, nampaknya sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Disebut demikian, karena tahun ini, peringatan Hari Patriotik, yang juga dapat disebut sebagai Hari Proklamasi kemerdekaan Gorontalo yang dipelopori oleh Pahlawan Nasional Nani Wartabone, diwarnai oleh berbagai peristiwa, mulai dari Pandemi Covid-19 yang melanda dunia, termasuk Gorontalo sejak Maret 2020 lalu,  ditambah dengan musibah gempa bumi yang melanda Provinsi Sulawesi Barat, Banjir bandang yang melanda daerah tetangga Kota Manado Sulawesi Utara dan berbagai kejadian lainnya yang melanda daerah-daerah lainnya di Indonesia.

Yang lebih memprihatinkan lagi, berbagai peristiwa dan kejadian tersebut, tidak hanya mengakibatkan kerugian materi semata, tapi  juga korban jiwa. Awal tahun 2021, Indonesia memang diliputi duka dan nestapa, termasuk di dalamnya kecelakaan pesawat Sriwijaya Air yang menelan korban puluhan nyawa melayang di perairan Banten Jawa Barat.  Di Gorontalo sendiri, pada awal tahun 2021, beberapa wilayah di Gorontalo, di antaranya di Kec. Sumalata dan Biawu juga diterjang banjir bandang yang sempat meresahkan warga.

Sebagai bagian dari warga bangsa, masyarakat Gorontalo tentu prihatin, menaruh simpati dan duka yang mendalam atas musibah yang terjadi di awal tahun ini, baik secara nasional maupun dalam tataran lokal Gorontalo. Seraya bermunajat di keharibaan Sang Maha Pencipta Allah SWT agar Indonesia dijauhkan dari bencana, musibah dan cepat terbebas dari Pandemi Covid-19, kita juga tengah diuji rasa kesetiakawanan sosial kita, solidaritas dan rasa kemanusiaan kita sebagai sesama warga bangsa dan sesama makhluk Allah.

Itulah sebabnya, pada peringatan Hari Patriotik 23 Januari 1942 kali ini, menjadi momentum penting bagi masyarakat Gorontalo, dalam menunjukkan rasa kemanusiaan kita untuk bersama-sama mengulurkan tangan  membantu mereka yang dilanda musibah banjir di Manado dan musibah gempa bumi di Sulawesi Barat serta musibah lainnya yang melanda negeri ini.

Masyarakat Gorontalo sebagai bagian dari warga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang sejak dulu memiliki dan menghayati nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme,  tentu tidak elegan hanya berpangku tangan melihat dan menyaksikan warga lainnya di negeri ini yang menderita akibat bencana alam serta musibah lainnya.

Berbagai gerakan dan inisiatif yang dilakukan oleh berbagai organisasi kemasyarakatan, organisasi kepemudaan, seperti Karang Taruna, Gerakan Pramuka, organisasi kemahasiswaan seperti HMI, PMII dan mahasiswa dari  Perguruan Tinggi di Gorontalo,  dapat dijadikan wahana oleh  seluruh elemen masyarakat untuk mengulurkan bantuan, menunjukkan solidaritas dan tergerak  untuk menyisihkan sedikit bantuan yang dapat meringankan beban bagi saudara-saudara kita yang tengah dilanda duka dan nestapa, terutama di Sulawesi Barat dan Manado Sulawesi Utara.

Inisiatif dari para mahasiswa dan organisasi kepemudaan yang terpanggil turun ke jalan-jalan untuk menghimpun dana dari masyarakat, tidak hanya layak diapresiasi, tapi juga patut kita dukung dengan menyisihkan bantuan sesuai kemampuan dan keikhlasan kita masing-masing.

Patriotisme yang sesungguhnya, dapat dimaknai sebagai sifat kepahlawanan, cinta tanah air, sikap yang teguh, gagah berani, pantang menyerah serta rela berkorban, baik jiwa, raga juga harta untuk kemanusiaan dan kejayaan serta kemakmuran bangsa. Jika berbicara tentang bangsa, berarti  berbicara tentang warga negara dan bangsa. Dengan demikian, membantu dan mengulurkan tangan, menaruh simpati dan bantuan bagi kemanusiaan untuk  sesama warga bangsa, merupakan bagian dari nilai-nilai patriotisme yang kita peringati setiap tahunnya. Bahkan lebih dari itu, dengan membantu dan menyisihkan sedikit harta untuk mereka yang membutuhkan di daerah-daerah lain di Indonesia, merupakan manifestasi dari rasa nasionalisme sebagai warga bangsa.

Dengan begitu, maka nilai-nilai dan semangat patriotik 23 Januari 1942 yang diwariskan oleh para pahlawan Gorontalo, tidak hanya terlihat dan semarak dalam kegiatan seremonial belaka setiap tahunnya, tapi mengkristal dan membumi dalam relung-relung jiwa masyarakat Gorontalo yang senantiasa merasa terpanggil dan rela berkorban bagi kemanusiaan, apalagi bagi sesama warga bangsa.

Peringatan hari patriotik 23 Januari 1942 kali ini dengan begitu, dapat dimaknai sebagai momentum untuk menelaah spirit  patriotisme masyarakat Gorontalo dalam konteks yang lebih konkrit dan bersifat kekinian yang sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan. Patriotisme dalam perspektif kekinian, tidak identik dengan mengangkat senjata mengusir penjajah, tapi lebih dari itu, mengusir dan mengeliminir ke-egoan, materialisme dan individualisme sehingga nilai-nilai kemanusiaan tetap merasuk ke dalan jiwa dan semangat masyarakat Gorontalo.

Peringatan Hari Patriotik 23 Januari 1942 tahun ini di Gorontalo, semoga membawa hikmah tersendiri, paling tidak dapat membangkitkan naluri kemanusiaan, naluri kepedulian, kegotongroyongan, patriotisme, nasionalisme seluruh elemen masyarakat Gorontalo yang tidak hanya menjadi modal dasar dalam membangun fondasi kemajuan yang hakiki, tapi juga dapat membekas menajdi sebuah nilai yang terus terpatri dari generasi ke generasi. Semoga. (***)

Dosen FIP Universitas Negeri Gorontalo
dan Ketua Kwarcab Gerakan Pramuka Kab. Gorontalo

Comment