Ibrahim Muhammad Al Habsyi : Bapak Pandu Gorontalo, Komadan Pengendali Operasi Saat 23 Januari

Ibrahim Muhammad Al Habsyi.

GORONTALO-GP- Peringatan hari patriotik 23 Januari 1942 Gorontalo, menjadi mementum untuk kembali mengingat semangat juang para pahlawan. Semangat ketokohan ini diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi semua kalangan.

Demikian halnya ketokohan dari Ibrahim Muhammad Al Habsyi(1915-1976) yang dibahas melalui Kegiatan Obrolan Tokoh dan Buku “Ibrahim Muhammad : Pejuang Nasional Gorontalo Revolusi di Sulawesi dan Kepulauan Indonesia di Asia Tenggara 1915-1976”, Sabtu (23/1). Ibrahim Muhammad adalah komandan keamanan dan pengendali operasi dalam peristiwa coup d’Etat kolonial Belanda dalam peristiwa heroik ini. Meski demikian, ia lebih terkenal sebagai tokoh besar Kepanduan/Pramuka Indonesia. Ia sudah berkiprah sejak 1930an di Gorontalo dan Hizbul Wathan di Yogyakarta.

dr.Isman Jusuf, salah pembahas dalam obrolan buku yang juga disiarkan secara langsung melaui akun facebook @LeKsema itu, mengatakan, peran Ibrahimn Muhammad sangat besar dalam gerakan heroik 23 Januari itu. Kata dia, saat peristiwa bersejarah itu, Ibrahim Muhammad, langsung mengumpulkan laskar-laskar organisasi kepanduan, seperti Pandu Muhammadiyah, NU, Persis dan PSII , untuk membentuk detasemen pasukan pengawalan kota. “Mereka kemudian melakukan defiley pasukan militer, sebagai bentuk show of power, menandakan pemerintahan Gorontalo setelah 23 januari sudah terbentuk dan didukung oleh milter,”ujarnya.

Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Gorontalo ini mengatakan, detasemen yang dipimpin Ibrahim Muhammad itu hanya berlangsung selama lima bulan, atau pada 16 Juni 1942 dibubarkan karena ada penguasan tentara Jepang. Menurutnye, dengan melihat peristiwa 23 Januari dan peran para pejuang ketika itu, maka harusnya 23 Januari merupakan kemerdekaan Indonesia dari Gorontalo.

Dengan dasar itu pula, lanjut Isman Jusuf, harusnya Gorontalo, ditetapkan sebagai daerah istimewa, sama seperti Aceh, DKI Jakarta, dan Jogjakarta, yang masing-masing daerah punya latar belakang tersendiri. “Buku ini sangat luar biasa untuk dibaca, mengulas sisi-sisi yang tidak kita ketahui tentang Ibrahim Muhammad,” ucap Isman.

Sementara itu, Direktur Utama Gorontalo Post, Moh Sirham, yang juga sebagai pembahas, menuturkan bahwa, daerah Gorontalo miliki potensi yang juga luar biasa dengan banyak ketokohan dari Gorontalo yang berpengaruh di negeri ini. “Orang-orang hebat banyak dari Gorontalo, kita mempunyai andil yang besar di negeri ini,” ujarnya.

Ia mengatakan, ketokohan Ibrahim Muhammad harus mendapat apresiasi yang sama, seperti tokoh-tokoh pejuang lainya. “Banyak anak Pramuka yang tidak tahu, jika Ibrahim Muhammad itu adalah bapak pandu.  Ini harus kita gaungkan, dan harus jadi kebanggaan,”kanya. Ia mengatakan, jika di dunia, ada bapak pandu dunia yakni Boden Powel, di tanah air ada bapak pandu Indonesia, Sri Sultan Hamengkubuwono X. “Maka di Gorontalo ada Ibrahim Muhammad, sebagai bapak pandu Gorontalo. Peranya di Pramuka sangat besar dan nyata,”kata Sirham. Dengan begitu, sangat tepat, jika Pemerintah mengabadikan namanya sebagai salah satu nama ruas jalan di Kota Gorontalo sebagai ibukota Provinsi. “Di Sanggar Pramuka (Kwarda Gorontalo), harusnya ada gedung atau ruangan yang diberi nama Ibrahim Muhammad,”katanya.

Begitu pun, dibuatkan patung atau monumen Ibrahim Muhammad di sanggar PramukaObrolan tokoh dan buku, yang dilaksanakan dalam rangka hari patriotik ke- 79, pada Sabtu 23 Januari 2021 ini, menghadirkan sebagai pembahas, yaitu Dr. Isman Jusuf, Moh. Sirham, Dr. Candra Cuga dan Dr. Paris R.A Jusuf (Ketua Gerakan Bela Negara – Gorontalo), dan perwakilan Keluarga.

Buku yang baru saja diluncurkan pada Januari 2021 ini, adalah kolaborasi penulisan antara Basri Amin dan Zulkifli Alhabsyi Lasimpa. Dikerjakan sepanjang enam bulan selama tahun 2020 dan akhirnya diterbitkan oleh Serat Foundation (anggota IKAPI) atas kerjasama antara Pusat Studi Dokumentasi (PSD) H.B Jassin, Leksema, PGSD-FIP, Universitas Negeri Gorontalo (UNG) dan Gorontalo Post. (Mg-01)

Comment