Jembatan Tulabolo Rusak, Naik Rakit, Air Makin Deras, Tarif Tambah Naik 

TULABOLO -GP- Jembatan gantung tulabolo yang membentang di atas sungai Bone, Desa Tulabolo, Kecamatan Suwawa Timur, Bone Bolango, menjadi nadi aktivitas warga. Bahkan merupakan penghubung antara kecamatan Suwawa Timur dan Suwawa Selatan. Jembatan yang nampak lapuk itu, kini ditutup total, karena kondisinya yang tidak memungkinkan untuk dilintasi, baik sepeda motor maupun orang.

Kondisi jembatan gantung tulabolo yang ditutup karena rusak dan berbahaya jika digunakan, Ahad (29/8/21). (foto : natha / gorontalo post)

Jambatan tulabolo tak saja membantu lalu lalang warga setempat, lebih dari itu, jembatan ini dilintasi ‘bos-bos’ penambang yang mengeruk hasil bumi di wilayah itu. Sayang, jembatan yang menjadi fasilitas vital warga setempat ini kurang perhatian. Puncaknya beberapa hari lalu, jembatan ditutup total, menjaga jangan ada korban yang jatuh. Sebagai pengganti, warga berinisiasi membuat rakit.

Pantauan Gorontalo Post, Ahad (29/8), puluhan warga khususnya para pengendara sepeda motor tampak antrian untuk menumpangi rakit. Rakit seluas 4×4 meter itu hanya bisa mengangkut tiga unit sepeda motor sekaligus pengemudinya sekali jalan. Usai mengantar penumpang, rakit itu kembali lagi dan menjemput penumpang lain yang masih menunggu.

Sementara itu untuk pejalan kaki masih ada yang nekat melintasi jembatan itu meski kondisinya sangat berbahaya. Padahal, ada banyak papan kayu yang sudah lapuk hingga bolong dan pagar kawat pembatas Jembatan juga rusak. Akibat sering di lewati kendaraan bermotor yang bermuatan berat menuju lokasi tambang rakyat. “Terakhir jembatan Tulabolo direhab 2017 oleh pemerintah dan hingga kini belum ada perbaikan kembali,”ujar Kisman Kono sebagai Tokoh Masyarakat Desa Poduoma.

Warga Mengharapkan pemerintah segera memperbaiki jembatan itu mengingat sangat di butuhkan warga kedua kecamatan tersebut. Diakuinya, beberapa bulan lalu warga menambal papan kayu yang rusak di jembatan tersebut dari hasil pungutan sebesar Rp 2.000 ribu rupiah, untuk para ojek motor yang melewati jembatan tersebut. “Pungutan itu merupakan partisipasi tanpa memaksakan dan murni upaya warga tanpa bantuan dari pemerintah,” ujar Kisman.

Terpisah Agus Musa pemilik rakit saat ditemui wartawan koran ini mengungkapkan, lokasi penyeberangan sementra menggunakan rakit menggunakan mesin dan rakit menggunakan tali labrang khusus pengendara motor. Sementara ada tiga perahu yang di gunakan warga khusus untuk mengangkut penumpang. “Ya, sejak Kamis (26/8) rakit mulai beroperasi sekitar pukul 12.00 wita, sebelumnya persiapan selama empat hari, “kata Agus Musa.

Jembatan itu diakui Agus sudah ditutup total, selanjutnya ojek sudah mulai gunakan jasa rakit. Untuk tarif bagi para penumpang kata Agus,tergantung keadaan sungai, jika air sungai turun maka tarif satu motor Rp 15 berikut pengemudinya.Sebaliknya jika air arus makin deras, maka tarifnya mulai dari Rp 20 Ribu sapai Rp 25 Ribu. “Kami belum bisa memperkirakan pendapatan perhari. Ya tergantung jumlah penumpang. Untuk sementara pendapan per hari sekitar Rp 500 Ribu. Agak kurang karena dari kemarin turun hujan dan arus sungai cukup deras,”tutup Agus Musa. (roy)

Comment