Muscab PPP Kota, Ai Tak Masuk Formatur 

GORONTALO -GP- Kamis (7/10) kemarin, menjadi hari terakhir penyelenggaraan Musyawarah Cabang (Muscab) di enam Dewan Pimpinan Cabang (DPC) se-Gorontalo. Muscab berujung pada pembentukan tim formatur di masing-masing DPC.

Tim formatur itu akan bertugas kurang lebih 20 hari untuk bermusyawarah menyusun pengurus DPC yang di dalamnya termasuk menentukan siapa kader partai yang akan menjadi Ketua DPC. Sehingga Muscab menjadi pertarungan kader yang akan masuk tim formatur. Karena kader di level DPC yang masuk tim formatur berpotensi besar menjadi Ketua DPC. Dalam tim formatur ada perwakilan DPP, DPW, DPC dan PAC.

Dari enam DPC yang menyelenggarakan Muscab, pelaksanaan Muscab PPP Kota Gorontalo berjalan panas. Muscab yang berlangsung di salah satu Cafe di Kota Gorontalo itu, awalnya berjalan adem. Bahkan diselingi kegiatan sosial vaksinasi Covid-19 kepada masyarakat Kota Gorontalo. Pembacaan laporan pertanggungjawaban dari pengurus lama berjalan lancar. Setiap Pimpinan Anak Cabang (PAC) juga memberikan tanggapan.

Semuanya menerima laporan pertanggungjawaban kepengurusan DPC PPP Kota Gorontalo yang dipimpin Moh. Rivai Bukusu atau akrab dengan panggilan Ai bukusu. Ketegangan mulai terjadi saat memasuki sidang penentuan kader yang akan masuk tim formatur baik dari unsur DPC dan PAC.

Rapat yang dipimpin Ketua OKK DPW PPP, Rusliyanto Monoarfa itu diwarnai hujan interupsi. Salah satu peserta sidang Arifin Miolo, mempertanyakan mekanisme pemberian suara untuk tim formatur. Pasalnya PAC punya satu suara. Sementara peserta Muscab dari PAC dua orang yaitu ketua dan sekretaris PAC. “Setiap PAC hanya memiliki satu hak suara untuk memilih formatur, sementara peserta resmi dari PAC adalah ketua dan sekertaris,” ujar Arifin Miolo.

Menjawab pertanyaan itu, Rusliyanto menyampaikan, sesuai aturan DPP, meski peserta Muscab adalah Ketua dan sekretaris PAC, akan tetapi PAC tetap hanya punya satu hak suara. “Disinilah akan ada yang kita sebut kompromoni antara ketua dan sekertaris, mereka sudah harus kompak siapa yang akan memberikan hak suaranya,” jawab Rusliyanto.

Akan tetapi, Arifin masih tetap menyangga jawaban tersebut, ia menyarankan agar hanya ketua PAC saja yang memiliki hak suara dari setiap PAC. “Bagiamana kalau ada PAC yang tidak kompak, sehingga saran saya hanya ketua PAC saja yang memilih,” kata Arifin lagi.

Rusliyanto Monoarfa pun tetap menyanggah, dan menyampaikan bahwa dalam Muscab, ketua dan sekertaris PAC memiliki kedudukan yang sama. “Ini adalah Muscab, ketua dan sekertaris punya kedudukan yang sama, sehingga mereka harus bersepakat. Kalau dua-duanya maju untuk memberikan hak suara, maka suaranya kita akan kasih batal. Kalau bapak punya aturan lain apakah ketua dan sekertaris PAC bisa memilih silahkan sampaikan ke saya,” tegas Rusliyanto.

Dalam Muscab PPP Kota, ada sepuluh suara yang akan memilih tim formatur. Yaitu sembilan PAC ditambah DPC. Nanti 10 suara itu akan memilih tiga orang yang akan masuk tim formatur. Yaitu unsur DPC satu orang, dan unsur PAC dua orang. “Jadi setiap pemilik suara menuliskan satu nama formatur dari unsur DPC dan dua formatur dari PAC. Saya ingin pemilihan dilakukan secara terbuka. Saya minta ada saksi dari unsur DPW, DPC dan PAC, yang menyaksikan semua proses pemilihan” ujar Rusliyanto.

Setelah mekanisme pemilihan disepakati, Rusliyanto memanggil masing-masing PAC untuk menyalurkan hak suaranya. Tiba saat PAC Kota Barat dipanggil untuk menyalurkan hak suaranya, yang maju Ketua PAC Abdul Kadir dan Sekertaris Husain Kasim. Keduanya ngotot sama-sama ingin menggunakan hak suaranya.

Pimpinan sidang akhirnya memberi kesempatan kepada mereka berdua untuk berembuk. Kejadian yang sama kembali terulang saat PAC Dungingi akan menggunakan hak suaranya. Ketua PAC Suratman Tomaili dan Sekertaris Lisnawaty Adjungi, juga sama-sama ingin memilih. Mereka juga diberi waktu untuk berembuk. Tapi sayangnya, dua PAC tersebut tak mencapai kata sepakat dan diputuskan untuk tidak memilih. Begitu juga untuk penentuan wakil DPC yang akan masuk tim formatur. Juga tidak tercapai kata sepakat.

Akhirnya, pimpinan sidang memutuskan hanya tujuh dari 10 suara yang bisa memilih kader yang akan masuk tim formatur. Dan hasil pemilihannya yaitu Oktarjun Ilahude akan mewakili DPC di tim formatur. Oktarjun mendapakan dukungan 4 suara. Sementara tiga suara diperoleh Halim Umar.

Sementara dua nama mewakili PAC yang akan duduk dalam tim formatur yaitu Maryam M dan Saipul. Keduanya mendapatkan 4 suara. Sementara tiga suara diarahkan untuk Usman dan Hadija. Dengan hasil pemilihan ini, maka komposisi tim formatur untuk DPC PPP Kota Gorontalo, yaitu Nelson Pomalingo dari unsur DPW, Ardika Ardana dari unsur DPP, Oktarjon Ilahude dari unsur DPC, Saipul Yahya dan Maryam Maruf dari unsur PAC.

“Nantinya tim formatur yang akan bekerja menentukan siapa yang akan menjadi ketua DPC PPP Kota Gorontalo. Waktunya dua puluh hari setelah pelaksanaan Muscab ini. Sehingga PPP Kota Gorontalo saat ini dikendalikan oleh tim formatur yang dipimpin lansung oleh pak Prof Nelson Pomalingo,” pungkas Rusliyanto Monoarfa. (wan)

Comment