Jelang Ramadan, Harga Rica di Gorontalo ‘Pe Pidis’

GORONTALO-GP – Menjelang bulan suci ramadan, harga cabe rawit atau rica di Gorontalo tak terkendali. Di pasar tradisional, harga rica tembus Rp90 ribu per kg. Harga ini meroket hanya dalam waktu sepekan terakhir. “Minggu lalu masih Rp 65 ribu per kg. Sekarang harus jual dengan harga Rp 85-90 ribu per kg. Pasokan sudah kurang,”kata Anton, pedagang rica di pasar minggu, Telaga, Kabupaten Gorontalo, kemarin.

Menurut Anton, harga normal rica berkisar Rp 25-35 ribu per kg. Dalam beberapa pekan terakhir mulai naik, naik gila-gilaan dalam sepekan terakhir atau beberapa hari jelang ramadan. “Stok kurang jadi harga naik, sekarang saja permintaan tinggi, sehari itu yang laku terjual 53 kg,” ungkapnya.

Setiap hari ia memperoleh stok sebanyak 55 kg. “Jadi yang tersisa itu cuma sedikit, paling 2-3 kg saja,” ujarnya. Samsia Mustapa, pedagang lainnya juga mengaku saat ini hanya memperoleh stok rica sebanyak 20 kg, tidak seperti biasanya. “Stok yang saya sediakan itu hanya sampai 20 kg saja, karena sekarang harga rica daerah perkilo itu mencapai Rp85 ribu sebelumnya hanya Rp50 ribu 1 kg,” ungkapnya.

Dia mengakui bahwa sebelum harga rica naik omzet yang ia dapatkan hanya mencapai Rp200 ribu saja, tetapi semenjak kenaikan harga rica dia bisa memperoleh pendapatan hingga Rp500 ribu per hari.

Di pasar yang sama, Husin L. Juko pedagang rica lainnya menjual rica dengan harga Rp80 ribu per kg. “Sebelumnya harga rica Rp50 ribu per kg,” tuturnya.
Sementara itu, d

i Pasar Sore Wongkaditi di jalan KH Adam Zakaria, Kec. Kota Utara, pedagang mengaku harga barito naik sekitar 40 persen. “Sebenarnya, harga bawang merah tahun kemarin sempat turun. Tapi, mungkin karena faktor cuaca yang sering berubah-ubah, kadang panas, hujan, jadi harga rempah-rempah termasuk bawang merah naik,”ungkap Tono, sakah satu pedagang.

Tak hanya itu, pedagang lain mengaku rica naik disebabkan pasokan rica dari Sulawesi Tengah (Sulteng) menurun. “Bagaimana musim tidak menentu, sadiki-sadiki hujan, sadiki-sadaki panas jadi rica Gorontalo cuman jadi sadiki stok,” ucap Uma, salah seorang pedagang rica di Limboto.

Ia juga mengatakan jika begini terus cuacanya maka harga rica akan terus naik apalagi ditambah menjelang ramadan.

Atin, salah satu konsumen di Limboto juga mengeluhkan hal yang sama. “Kalau semakin lama semakin bertambah terus harga rica, mending saya beli yang harga Rp10 ribu saja. Biar cuman sadiki asal dapa rasa kasana itu pidis,” ucapnya.

Di Pasar Sentral Kota Gorontalo, harga barito tersedia namun stok sangat terbatas.  ayla, pedagang barito mengatakan harga rica dari Rp90 per kg naik menjasi Rp100 ribu per kg. “Ada juga pedagang lain menjual Rp105 per kg,” ungkapnya. Sementara itu, Pasar Sore Mutiara Desa Poowo Barat harga rica, hingga kemarin, masih dijual dengan harga Rp 70 ribu per kg. Harga ini juga naik. Sebab beberapa hari lalu, harga rica hanya Rp 50 ribu per kg. “Biasanya cuma Rp 50.000 so naik jadi Rp 70.000, ini sudah dari minggu lalu kenaikan harganya, apalagi tinggal 3 hari puasa somo tambah naik lagi,”ujar Loli, pedagang setempat.

Para pedagang mengatakan, kenaikan harga ini sangat dirasakan oleh para pembeli, terutama ibu-ibu yang sedang mempersiapkan kebutuhan jelang ramadan. Beberapa pembeli bahkan mengeluhkan sulitnya mencari cabai rawit dengan harga yang wajar. “Harga rica/cabai ini bekeng rugi pa torang, saya mo ba masak pake rica untuk masak sayur depe harga mahal jadi saya harus ba hemat (Kenaikan harga cabai rawit ini sangat merugikan kami para pembeli. Saya membutuhkan cabai rawit untuk membuat masakan sayur dan sambal yang dibutuhkan untuk masak, tapi harga yang terlalu mahal membuat saya harus berhemat,” kata Ibu Seli, salah satu pembeli yang datang ke pasar tersebut.

Harga rica memang menjadi salah satu faktor inflasi di Gorontalo, terlebih jelang hari besar keagamaan. Terkait dengan itu, pemerintah daerah bersama stakeholder terkait seperti Bank Indonesia, memacu aksi menenam rica secara mandiri, yakni dengan memanfaatkan pekarangan rumah. Seperti program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) melalui gerakan masyarakat batanam rica sandiri (Germas Batari) yang diluncurkan Bank Indonesia sejak tahun lalu.

Pj Gubernur Hamka Hendra Noer, menyambut baik program ini. Ia menceritakan bagaimana susahnya menekan inflasi tahun 2022 lalu. Usai dilantik bulan Mei sebagai Penjabat Gubernut, lonjakan harga rica pada kurun waktu Juni – Agustus tembus hingga Rp120 ribu per kilogramnya.

TPID merekomendasi aksi tanam rica yang ditindaklanjuti dengan surat edaran kepada bupati, wali kota, instansi vertikal hingga ke masyarakat. “Orang Gorontalo itu kalo enggak makan rica enggak enak rasanya. Konsumsi rica kita sangat tinggi. Bayangkan saat itu kalau harga beras Rp10.000 satu kilogram, berarti orang makan cabai itu (harganya setara) 12 kilogram.

Hamka berharap program Germas BATARI atau sebutan lain di kabupaten/kota terus dijalankan. Ia juga bersyukur program ini mendapat perhatian dari jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dengan menggalakkan aksi tanam rica di pekarangan kantor dan lahan kosong lainnya. (mg20/dan/Mg18/Mg14/Mg17/Mg08/tro)

Comment