Takut Puasa

Oleh:

Anang S. Otoluwa
(Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo)

 

Menjelang puasa, banyak orang yang ke dokter meminta obat maag. Kata mereka, untuk persiapan. Begitu pula di TV, ada iklan obat yang mengklaim dapat meningkatkan kualitas puasa. Maksudnya, dengan minum obat tadi, puasa tidak akan terganggu karena sakit maag. Kedua hal di atas menggambarkan bahwa masih ada orang yang was-was berpuasa. Terutama mereka yang sudah sering sakit maag. Bila saat tidak berpuasa saja mereka tidak bisa menahan lapar, bagaimana bisa menahan tidak makan minum selama kurang lebih 11 jam? Kekuatiran inilah yang membuat mereka mencari obat.
Kondisi ini tak bisa disalahkan. Banyak yang mengira kalau penyakit maag selalu berkaitan dengan kondisi lapar. Maklum, tentang sakit maag ini masih banyak yang awam. Penyakit ini memang banyak macamnya. Namun demikian, yang terbanyak adalah karena asam lambung meningkat. Inilah yang disebut gangguan fungsional. Maksudnya, lambung kita sebenarnya tidak apa-apa. Tidak ada lecet atau masalah serius lainnya. Yang terjadi hanya gangguan fungsi saja.
Asam lambung sendiri bisa meningkat karena stres atau pikiran yang tidak tenang, alkohol, rokok, kopi, makanan asam, pedas, dan yang paling sering karena waktu makan tidak teratur. Oleh karena itu, bila tidak darurat, penanggulangannya tak mesti dengan obat maag, Cukup dengan menghindari hal-hal yang memicu meningkatnya asam lambung tadi.
Penggunaan obat maag yang berlebihan bukan saja tak mengatasi masalah, tapi juga kini dikhawatirkan akan menimbulkan problem serius bagi tubuh kita. Soalnya, asam lambung itu sangat bermanfaat untuk melindungi tubuh dari racun atau bakteri yang masuk melalui makanan. Prof. Hiromi Sinya, MD (guru besar Kedokteran Albert Einstein College of Medicine, AS) menjelaskan panjang lebar hal ini dalam bukunya The Miracle of Enzym. Menurut dokter yang telah berpengalaman selama 40 tahun sebagai ahli gastrointestinal (pencernaan) ini, sebanyak 300-400 miliar bakteri memasuki lambung bersama makanan. Asam kuat yang terdapat pada cairan lambung membunuh sebagian besar bakteri ini. Bila asam lambung dihambat dengan obat-obatan, kesimbangan bakteri di dalam usus menjadi kacau, dan ini menyebabkan kelemahan daya tahan tubuh. Selain itu, efek obat ini akan menghambat enzim yang berguna untuk memperlancar pencernaan sehingga usus akan kesulitan mencerna. Jumlah asam lambung yang tidak cukup juga akan mempengaruhi penyerapan zat besi dan mineral sehingga berisiko menimbulkan anemia. Selain itu, penggunaan antasida juga akan menyebabkan lapisan lambung mengalami penyusutan, dan kondisi ini bisa memicu kanker.
Lebih lanjut dokter yang telah berpengalaman memeriksa pencernaan ratusan ribu orang ini menyimpulkan: jika sistem pencernaan seseorang bersih, tubuh orang itu dapat melawan jenis penyakit apapun dengan mudah, Sebaliknya, jika pencernaan tidak bersih, orang tersebut rentan menderita suatu penyakit. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki karakteristik lambung dan usus yang baik adalah orang yang sehat jasmani dan rohani, Sebaliknya, seseorang yang memiliki karakteristik lambung dan usus yang buruk biasanya memiliki masalah mental atau fisik. Nyata terlihat bahwa menjaga lambung dan usus dengan baik berhubungan langsung dengan menjaga kesehatan secara keseluruhan.
Lalu, apa yang perlu dilakukan untuk menjaga agar lambung dan usus tetap baik? Kuncinya antara lain pada kebiasaan makan. Waktu makan, apa yang dimakan, frekuensi makan, akan menentukan jenis penyakit yang diderita seseorang. Misalnya, menu makan orang yang menderita kanker biasanya didominasi protein hewani seperti daging sapi, telur, dan susu.
Khusus tentang waktu makan, bersyukur sekali kita memiliki kewajiban berpuasa. Puasa sebenarnya melatih keteraturan waktu makan. Disaat tidak berpuasa, mungkin kita tak mampu menahan lapar setengah hari sekalipun. Kadang, baru jam sepuluh pagi, perut ini sudah keroncongan minta diisi. Tapi dengan niat puasa, mental kita telah siap untuk tidak makan sampai matahari terbenam. Hal inilah yang menyebabkan kita tidak berpikir untuk makan sehingga kuat menahan lapar. Ini akan memberikan dampak psikologis yang sangat hebat. Dengan melewati ujian yang berat saat puasa maka problem ketidakaturan waktu makan menjadi persoalan yang mudah diatasi.
Manfaat berpuasa bagi kesehatan tentu tak cuma itu. Bagi usus, puasa akan memberikan efek istirahat dan membuang racun (detoksifikasi) secara alamiah. Usus yang telah sekian lama bekerja perlu istirahat dan “cuci mesin”. Seandainya kita bisa melihatnya secara kasat mata, kondisi usus mereka yang makananya tidak seimbang, sungguh mengerikan. Usus mereka telah menyempit dan dindingnya menjadi kaku karena telah menebal. Dengan puasa, plak yang menempel pada dinding usus ini akan luruh karena diistirahatkan. Maka, asal malamnya tak diisi berlebihan, manfaat puasa akan maksimal bagi kesehatan. Tak salah jika Rasulullah SAW bersabda: ”Berpuasalah, niscaya sehat”.
Nah, kalau sudah seperti ini, masih adakah yang takut berpuasa? (*)

 

Comment