Gorontalopost.id – Jenazah Briptu RF, Staf Pribadi Pimpinan (Spripim) Kapolda Gorontalo, akhirnya dimakamkan di Semarang, kemarin, setelah diterbangkan dari Gorontalo. Meski demikian, bukan berarti keluarga RF menganggap masalah sudah selesai. Mereka belum yakin jika RF benar-benar bunuh diri. Karena itu, pihak keluarga meminta agar Polda Gorontalo mengusut kematian polisi berusia 28 tahun tersebut sampai tuntas.
Desakan itu disampaikan Muslih, ayah almarhum RF kemarin. “Selama ini RF tidak pernah sedikitpun mengeluh. Ibaratnya, kalau ada hujan pasti ada mendung. Ini gak ada mendung, kok hujan. Ini yang kita pertanyakan saat ini,” ungkap Muslih kepada Jawa Pos Radar Semarang, di Semarang, kemarin (27/3).
Muslih yang berstatus purnawirawan polri itu mengaku pernah menjadi penyidik. Dia tahu benar proses penyidikan untuk kasus bunuh diri. “Saya sampai berfikir apakah dengan memutuskan BD (bunuh diri, Red) itu tidak akan melanjutkan penyidikan. Saya juga mantan penyidik. Kalau nangani kasus yang sudah diputuskan seperti itu kan kita terhenti,’’ katanya.
Jika memang Polda Gorontalo menyebut anaknya bunuh diri, Muslih meminta ditunjukkan bukti dan fakta yang bisa diterima akal sehat. ’’Kita kan belum tahu, alat bukti apa yang mendukung itu. Autopsi juga belum. Kan tidak bisa mengetahui apakah senjatanya, senjata itu, kita kan belum tahu,” bebernya. Dia lantas meminta polisi memeriksa rekaman CCTV yang ada di sekitar lokasi kejadian.
Menurut dia, RF adalah anak yang pendiam. Namun, dia merasa heran jika anaknya disebut bunuh diri. Sebab, selama di Gorontalo, RF tidak pernah mengeluh. Komunikasi dengan keluarga terjalin seperti biasa. RF terakhir berkomunikasi dengan ibunya sebelum bulan puasa.
“Ya makanya saya katakan gak ada mendung kok ada hujan, itu yang saya simpulkan kok ada berita BD. Kalau memang dia mengeluh banyak utang atau mungkin punya musuh atau bagaimana, itu saya masih bisa menerima,” jelasnya.
Muslih mengatakan bahwa RF pernah menjalin asmara dengan seorang perempuan yang juga anggota Polri. Namun, dia tak tahu apakah ada hubungan keduanya ada masalah. Kalaupun ada masalah, dia menyebut kemungkinan hanya karena kesibukan masing-masing.
Tunangannya itu pernah datang ke sini, dan saya juga pernah melamar ke sana. Cuma konflik itu kan konflik pribadi, saya tidak bisa menyimpulkan sebenarnya. Kalau saya duga itu ya karena saling sibuk sendiri karena calonnya itu kan anggota Densus 88, kalau anak saya ajudan,” bebernya. Muslih menyebutkan, anaknya menjadi Spripim Kapolda Gorontalo kurang lebih selama delapan bulan.
Sementara itu, Kapolda Gorontalo Irjen Pol Helmy Santika ikut mengantar jenazah RF ke Semarang. Kapolda bersama rombongan juga turut menuju TPU. Proses pemakaman selesai sekitar pukul 17.17.
Irjen Pol Helmy berjanji mengungkap penyebab kematian Briptu RF. “Kita akan lakukan penyelidikan lanjutan. Karena kita belum tahu apa latar belakangnya. Ini yang harus coba kita gali, kita uraikan, kita cari petunjuk, cari alat bukti, fakta dan sebagainya. Kami dengan pihak keluarga sepakat apa yang jadi latar belakang ini harus diungkap secara jelas,” bebernya.
Kapolda menegaskan, sejak awal pihaknya sudah bersikap transparan. Bahkan, jenazah Briptu FR dibiarkan secara utuh. Apalagi, keluarga FR juga menolak untuk dilakukan autopsi. Bahkan, pihaknya juga menyampaikan pihak keluarga datang ke Gorontalo dan ikut melihat, menyaksikan langsung kondisi jenazah yang masih utuh.
“Memang saya sampaikan jangan diapa-apakan dulu, salah satu bentuk transparasi kami terhadap peristiwa. Begitu sudah melihat kita bersepakat, pihak keluarga tidak setuju untuk dilakukan autopsi dan kita bawa ke Semarang untuk bisa dimakamkan,” bebernya.
Terkait dugaan motif, Helmy enggan berspekulasi. “Biar nanti Dirkrimum bekerja secara maksimal, optimal dan transparan. Kami dengan pihak keluarga sudah bersepakat menjalin komunikasi terus tiap ada perkembangan,” tegasnya.
Sebagaimana diberitakan, Briptu RF ditemukan tewas dengan luka tembak di bagian dada. RF ditemukan warga sedang duduk di kursi pengemudi di dalam mobil dinasnya. Mobil itu terparkir di pinggir Jalan GORR, Desa Ombulo, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo. Warga lalu melaporkan temuan tersebut ke pihak kepolisian setempat. Petugas lantas mendatangi lokasi dan menemukan mobil dinas itu dalam keadaan terkunci. Saat polisi tiba di lokasi, mesin mobil masih hidup. Namun, pintunya terkunci. (mha/oni/rsjp/jp)
Comment