UNG Miliki Doktor Covid Pertama di Indonesia, Funco Tanipu Berhasil Raih Gelar Doktor Antropologi

Gorontalopost.id  – Dr. Funco Tanipu, ST., MA, menjadi doktor antropologi Covid-19 pertama di Indonesia setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Analisis Penyebaran Covid-19 Dengan Pendekatan Sosio-Kultural Masyarakat Gorontalo pada Selasa, (23/8) di Universitas Hasanuddin Makassar.

Pada disertasinya, Funco berfokus untuk menelusuri persepsi warga Gorontalo terhadap Covid-19 dan akibat yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 terhadap sistem kekerabatan dan kearifan lokal di Gorontalo.

“Pandemi Covid-19 bukanlah semata-mata peristiwa kesehatan, melainkan juga peristiwa politik, ekonomi dan sosial budaya. Dengan demikian, penyelesaiannya, juga tidak bisa dilakukan secara eksklusif, melainkan integratif,” ungkapnya.

Ia melanjutkan, pola kekerabatan masyarakat Gorontalo yang diikat oleh perasaan bersama dan empati adalah respons terhadap Covid-19 sehingga menjadikan budaya ini tidak mendukung intervensi pemerintah dan sains dalam penanganan pandemi. Secara lebih umum, beberapa kearifan lokal Gorontalo menjadi “tidak arif” lagi saat pandemi Covid-19.

“Kekerabatan dapat menjadi problem jika kemudian ia tidak diterjemahkan kembali dalam kerangka teoritik dan implementasi yang lebih luas dengan basis kesehatan publik,” tuturnya.

Untuk menangani pandemi, Funco menawarkan model Pandemic Governance dengan menggunakan pendekatan sosio-kultural yang diterjemahkan dalam empat dimensi yaitu dimensi aktor, dimensi literasi, dimensi interaksi serta dimensi ruang.
Sementara itu, Rektor Universitas Negeri Gorontalo Dr. Ir. Eduart Wolok, ST., MT. mengatakan bertambahnya dosen bergelar doktor akan memperkuat sumber daya manusia di UNG.

“Kami berharap dengan diraihnya gelar doktor tersebut dapat menjadi energi dan motivasi untuk meningkatkan kualitas tri dharma perguruan tinggi di Universitas Negeri Gorontalo,” tuturnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan topik diangkat oleh Dr. Funco Tanipu, MA sangat penting bagi mitigasi pandemi yang bisa saja terjadi di masa depan.

“Model Pandemic Governance yang menggunakan pendekatan sosial-budaya adalah model baru dalam menanggulangi pandemi dalam perspektif non-medis. Selama ini, pendekatan umum adalah medis, padahal sangat penting bagi dunia untuk menyusun model mitigasi dengan pendekatan non-medis yakni perspektif sosial-budaya. (wan/ung)

Comment