Warga Antusias Kunjungi Pameran Museum BI

Tampilkan Sejarah Uang, Perkembangannya dari Masa ke Masa

Gorontalopost.id, GORONTALO – Animo masyarakat Gorontalo untuk melihat langsung sejarah uang di Indonesia, yang ditampilkan dalam pemeran Museum Bank Indonesia, yang diselenggarakan kantor perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo, cukup tinggi.

Tercatat, lebih dari seribu pengunjung, yang terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat umum, pelajar, mahasiswa, hingga ASN, mendatangi pameran yang berlangsung selama tiga hari, Senin-Rabu (1-3/7) itu.

Kepala Unit Manajemen Intern, KPwBI Gorontalo, Wahmi Anestianto, Rabu (3/7) mengatakan, jumlah pengunjung yang membludak itu diluar dugaan Bank Indonesia.

Kata dia, tingginya minat masyarakat itu menjadi salah satu tolak ukur bahwa kegiatan bukan hanya sekdar memberikan informasi. “Tapi juga menunjukkan animo yang tinggi dari warga masyarakat terhadap Bank Indonesia sebagai Bank Sentral,” Imbuhnya.

Hal yang sama disampaikan, Analis/Asisten Manajer di Divisi Pengelolaan Museum Bank Indonesia, Arum Bunga Difitri. Kata dia, pameran yang pertama kalinya digelar itu ternyata mengundang antusias masyarakat.

“Publik Gorontalo sangat antusias karena informasi yang kami berikan seputar sejarah Bank Sentral, bahkan sejarah rupiah yang mungkin banyak orang tidak tahu dari masa ke masa dan itulah yang coba kami sosialisasikan, edukasi guna membangun literasi masyarakat khususnya di Gorontalo,” ungkapnya.

Kata dia, ada beberapa jenis uang yang dipamerkan, baik dari uang tertua hingga uang yang saat ini yang resmi dipakai sebagai alat pembayaran.

\Uang tertua yakni uang yang berada di era kerjaan sekitar abad Ke-12, yakni uang Ma. Uang jenis Ma merupakan uang terkecil dengan ukurannya sebesar biji jagung, Namum nominal uang itu bisa cukup membeli seekor kambing.

“Uang kerjaan kan tidak ada nominalnya, mulai ada nominal secara detail itu, ketika orang Eropa datang di tahun 1602 ketika VOC datang, dan membawa uang Real Spanyol,” jelasnya.

Ia juga menjelaskan beberapa uang yang muncul sejak sebelum dan sesudah Indonesia merdeka, yakni uang kolonial, uang Hindia Belanda, uang DJB dan uang Jepang.

“Jadi yang kita pamerkan ini, kalau yang tertua itu di era kerajaan, terus ada uang kolonial, yang kita bawa ini uang Hindia Belanda, uang DJB dan uang Jepang. Terus selanjutnya ada uang revolusi, yakni ada uang ORI, (Repoeblik Indonesia), ORI-Daerah, uang Nica, uang DJB seri federal dan uang RIS (Republik Indonesia Serikat), uang Pemerintah dan Bank Indonesia, uang era kesatuan moneter dan era NKRI,”tambahnya,

Selanjutnya, Arum menambahkan bahwa pada saat peredaran uang ORI adanya pembatasan, dan untuk mengatasi kekurangan uang tunai, pemerintah pusat memberikan mandat kepada pememimpin daerah untuk menerbitkan mata uang lokal, ORI-Daerah.

Mata uang tersebut berlaku di daerah masing-masing sejak tahun 1947. Provinsi yang menerbitkan ORIDA diantarannya adalah Sumatera, Banten, Tapanuli dan Banda Aceh.

“Dan kalau ditanya soal fisik uang yang saat ini masih bertahan, tidak ada ya karena kita sangat mengalami perubahan baik dari era kerajaan hingga sekarang, tapi secara istilah untuk rupiah itu memang ada sejak jaman dulu,”terangnya.

Selain itu pemaran juga menampilkan berbagai multimedia interaktif, replika emas batangan intraktif. “Kami juga membawa beberapa game untuk mengemas konsep edukasi yang fun seperti puzzle rupiah, kemudian juga ada matching money dan juga ada beberapa permainan lainnya,”tandasnya. (tro)

Comment